Minggu, 08 Juli 2012

Kajian Struktural Cerpen “Setyapani” Karya Roidah


Kajian Struktural Cerpen “Setyapani”
Karya Roidah


Hiqma Nur Agustina, SS, M. Si, M. Hum.
Staf Pengajar FKIP Universitas Islam Syekh Yusuf, Tangerang


Abstrak
Salah satu jenis karya sastra yang tidak pernah lekang oleh waktu adalah cerita pendek (short story). Bentuknya yang singkat, pendek dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya menjadi pilihan pembaca. Terlebih ketika penulis cerpen tersebut mampu menggoreskan tulisan penanya dengan luwes dalam menuturkan tokoh, plot atau alur cerita, konflik yang terjadi di antara para tokoh serta tempat berlangsungnya peristiwa (setting) maka makin menambah daya tarik dari cerpen tersebut.

Tulisan ini mengetengahkan sebuah cerita pendek yang berjudul “Setyapani” karya Roidah, salah satu penulis perempuan di Indonesia yang mencoba mengungkapkan konflik batin berupa rasa cemburu seorang perempuan bernama Nin terhadap calon suaminya, Mas Bur. Sebuah permasalahan yang cukup sering dijadikan topik cerita namun tetap memiliki daya tarik apabila si penulis mampu menampilkan alasan di balik kecemburuan Nin terhadap calon suaminya tersebut.


I. Pendahuluan
I. 1. Latar Belakang

            Cerita pendek atau cerpen makin diminati oleh penikmat sastra dari mulai usia anak-anak Sekolah Dasar hingga usia dewasa. Bertambahnya pembaca salah satu jenis karya sastra ini dikarenakan makin beragamnya cerita, topik dan tema, segmen pasar yang dituju, bahkan yang juga tidak kalah menarik adalah makin bermunculannya para penulis baru yang menambah semarak khasanah kesusasteraan di tanah air. Sebuah perkembangan yang cukup signifikan dan patut diapresiasi. Terlebih lagi ketika cerpen-cerpen tersebut tidak hanya menyuguhkan aneka cerita yang cukup bervariatif sebagai pengisi waktu luang para pembacanya namun juga dapat memberikan penyegaran yang bersifat rohaniah. Semacam penyejuk jiwa dan pencerahan yang dapat membuka mata hati dan kesadaran pembaca untuk berbuat lebih baik.
Tidak jarang cerita yang dilukiskan dalam cerpen tersebut merupakan refleksi dari kisah-kisah nyata yang terjadi di masyarakat kita sekarang ini. Sebuah penggambaran yang cukup menarik dikala masyarakat kita sedang jenuh dilanda beraneka persoalan pelik dari mulai pertikaian di antara elit politik, anggota dewan, kasus korupsi, penggelapan pajak, skandal bank, perselingkuhan tokoh masyarakat dan lain sebagainya. Dari beragamnya persoalan yang mengemuka dewasa ini turut mengilhami para penulis untuk menuangkannya dalam buah karya mereka.
            Salah satu nama penulis perempuan yang memiliki karya yang bagus adalah Roidah. Sejumlah cerpen Roidah memiliki tema cerita yang cukup menarik dan bahkan sering menampilkan persoalan remeh-temeh yang kerap terjadi dalam keseharian kita namun tetap menarik untuk dikaji.

I. 2. “Setyapani” karya Roidah
            “Setyapani” mengisahkan tentang kecemburuan seorang perempuan bernama Nin terhadap almarhum istri calon suaminya, Mas Bur. Mas Bur berniat untuk menjadikan Nin istrinya, namun dia meminta foto Setyapani tetap terpajang di dinding rumah mereka. Nin bersikeras menolak dan berniat menggagalkan rencana pernikahannya. Setelah mengetahui alasan yang sebenarnya mengapa Mas Bur tetap bersikukuh dan memohon kerelaan Nin atas sikapnya, maka Nin sadar dan mau menerima.

I. 3. Sumber Data
            “Setyapani” adalah sebuah cerpen karya penulis perempuan Roidah yang termuat dalam kumpulan cerpennya “Pembantu dan Pelacur”. Kegiatan tulis-menulis dan jurnalistik memang sudah tidak asing baginya, karena semenjak di bangku kuliah dia sudah aktif sebagai staf redaksi buletin kampus dan pernah mengikuti berbagai pelatihan, baik jurnalistik maupun kehumasan (2005: 157-158).

I. 4. Masalah
Sesuai dengan judul yang diberikan pada penelitian ini yang berkaitan dengan analisis struktural maka penulis merumuskan permasalahan seperti berikut:
Bagaimanakah hubungan sintagmatik (in praesentia), paradigmatik (in absentia), dan verbal dari cerpen Setyapani?

I. 5. Landasan Teori
            Metode penelitian yang dipergunakan dalam menganalisa cerpen ini adalah metode struktural yang mengatakan bahwa setiap unsur dalam suatu karya sastra selalu fungsional, selalu berkaitan dengan dan membentuk suatu kesatuan utuh. Ada beberapa teori yang akan dipergunakan dalam analisis berikut ini yang memakai dasar metode ini, antara lain dari Todorov dan Barthes. Barthes membedakan dua kelompok unsur yang terdapat dalam suatu karya naratif berdasarkan hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik (Barthes: 1966).
            Unsur sintagmatik adalah unsur yang muncul satu persatu dalam satu urutan. Hubungan sintagmatik juga terdapat dalam peristiwa-peristiwa, baik yang membentuk fungsi utama yang disebut peristiwa inti, maupun dalam peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengisi atau mendukung fungsi utama, yang disebut katalisator.
            Unsur paradigmatik adalah unsur yang tersebar dan bersifat pilihan. Unsur-unsur paradigmatik merupakan keterangan-keterangan tokoh yang disebut indeks, dan latar yang disebut informan.
            Aspek verbal yang dibicarakan dari Todorov adalah berupa penuturan atau sudut pandang dan tuturan. Sudut pandang adalah peristiwa-peristiwa yang membentuk dunia fiktif yang tidak dikemukakan kepada kita sebagaimana aslinya, tetapi menurut sudut pandang tertentu (Todorov: 1985). Perlu dikemukakan bahwa sudut pandang dalam sastra tidak ada hubungannya dengan pandangan riil si pembaca, yang tetap bisa berlainan dan tergantung dari faktor-faktor di luar karya, melainkan suatu pandangan yang dikemukakan di dalam karya. Sedangkan tuturan adalah bagaimana cerita tersebut disajikan kepada pembaca.
            Mengenai kaitan sudut pandang dengan tokoh, Stanton (1965: 28) memberikan gambaran bahwa jika berusaha membayangkan pengalaman tokoh, pembaca harus mengerti sudut pandangnya. Demikian juga jika berusaha mengerti pengalaman tokoh, pembaca harus menghayati sudut pandang. Mengerti berbeda dengan menghayati. Pembaca harus mengerti tokoh dan secara sadar mengenali segala sesuatu yang memberikan corak pandangnya.
            Secara garis besar, sudut pandang dibedakan dalam dua macam, yaitu persona ketiga, third person, gaya “dia” dan persona pertama, first person, gaya “aku”. Sudut pandang persona ketiga meliputi: (1) “dia” mahatahu, yaitu cerita dikisahkan dari sudut “dia”, narator dapat menceritakan berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, tindakan, motivasi “dia”. Narator mengetahui segalanya dan bersifat mahatahu (omniscient), (2) “Dia” terbatas, yaitu pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir dan dirasakan oleh tokoh cerita, tetapi terbatas pada seorang tokoh saja (Stanton: 1965: 26) atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas (Abrams via Nurgiyantoro, 2000: 259).
            Sudut pandang persona pertama meliputi: (1) “Aku” tokoh utama, yaitu si “Aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya. Si “Aku” yang menjadi tokoh utama cerita praktis menjadi tokoh protagonis. Keterbatasan tokoh “Aku” untuk menjangkau tokoh dan peristiwa lain di luar dirinya dianggap sebagai kelemahan teknik ini, (2) “Aku” tokoh tambahan, yaitu tokoh “Aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan tokoh tambahan, first person peripheral (Nurgiyantoro, 2000: 262-266).
            Kalau kita berbicara mengenai penuturan maka kita akan berhubungan dengan pencerita atau penutur. Pencerita adalah pelaku semua pekerjaan membangun cerita. Pencerita yang mengemukakan prinsip-prinsip dasar penilaian, dialah yang menyembunyikan atau mengutarakan pikiran para tokoh.

2. Analisis
2. 1. Analisis Sintagmatik
            Dalam bagian ini yang dianalisis adalah rangkaian peristiwa dalam cerpen Setyapani dengan menyusun urutan peristiwa atau Satuan Isi Cerita berdasarkan penyajiannya.

2. 1. 1. Satuan Isi Cerita Cerpen Setyapani
1. Rencana keberangkatan Nin ke Dumai dan keberatan Mas Bur atas kepergiannya.
2. Ketidaksiapan Mas Bur untuk melepas bayangan Setyapani semakin mempercepat kepergian Nin.
3. Rasa benci Nin terhadap Setyapani dan rasa takut yang tidak beralasan.
4. Gambaran Setyapani yang berada dalam benak Nin.
5. Lamaran dari pria lain namun Nin tetap memilih Mas Bur menjadi calon suaminya dan kenyataan Setyapani yang sudah meninggal.
6. Permintaan Mas Bur agar foto Setyapani tetap ada di rumahnya dan ketidakrelaan Nin melihat foto Setyapani tetap tergantung di rumah Mas Bur.
7. Rencana Nin untuk membatalkan pernikahan dan berangkat ke Dumai untuk memenuhi tawaran Rasti bekerja di sana.
8. Prasangka Nin bahwa Mas Bur tidak lagi menganggap dan memperhatikan dirinya.
9. Kekecewaan Nin atas perilaku Mas Bur di suatu siang yang terik.
10. Ketakutan Nin akan kehilangan Mas Bur ketika dia tidak kunjung datang untuk mencegah kepergian dirinya.
11. Pengandaian Nin apabila tidak pernah ada Setyapani dalam hati Mas Bur.
12. Telepon berdering di rumah kontrakan Nin dan ternyata dari Rasti yang menanyakan kepastian kepergiannya.
13. Kekesalan Nin makin meluap dalam menantikan Mas Bur.
14. Perubahan keinginan dan cita-cita Nin dari seorang perempuan pekerja keras dan mementingkan karir menjadi perempuan rumahan, siap dikekang dan hidup sebagaimana perempuan kampung yang menetap apabila dia menikah dengan Mas Bur.
15. Kedatangan Mas Bur di rumah kontrakan Nin.
16. Prasangkan Nin terhadap Mas Bur.
17. Cerita sebenarnya tentang rahasia di balik kematian Setyapani yang disembunyikan Mas Bur.
18. Pengorbanan Setyapani untuk membela Mas Bur dari perampok yang datang ke rumahnya dan usahanya untuk memperoleh anak.
19. Kesadaran Nin muncul setelah mendengar cerita Mas Bur tentang Setyapani.
20. Kesediaan Nin untuk menerima Mas Bur apa adanya dan bersedia menikah dengannya.

            Dari satuan isi cerita di atas, dapat diketahui bahwa hubungan sintagmatik dalam cerpen ini adalah: pernikahan Mas Bur dengan Setyapani tidak kunjung mendapat buah hati namun Setyapani bersedia mengorbankan segala aktivitasnya demi memperoleh anak antara lain dengan: menarik diri dari organisasi dan karirnya bahkan membatalkan diri untuk mengambil beasiswa S2 semata-mata untuk memberi keturunan bagi suaminya
              Kehidupan tetap berjalan sampai pada suatu ketika datang perampok yang bermaksud untuk mengambil uang hasil penjualan mobil mereka yang sebenarnya ingin mereka alihkan ke bentuk wiraswasta           Namun malang tidak dapat ditolak dua orang perampok yang bertubuh besar menodong mereka dengan pisau
Sebagai seorang laki-laki dan suami seharusnya Mas Bur-lah yang melindungi istrinya dari todongan pisau perampok       Namun, realitanya Mas Bur malah memilih bersembunyi di kamar untuk menghindari perampok       Setyapani dengan gagah berani menyongsong dan menghalangi perampok yang bermaksud untuk menusukkan pisau ke suaminya        Akibatnya, pisau lengket di tengah-tengah perutnya, persis di depan tubuh sang suami        Peristiwa ini sangat membekas dalam ingatan Mas Bur sehingga dia selalu dihantui perasaan bersalah atas kematian sang istri. Sebagai wujud rasa bersalahnya, Mas Bur tidak kuasa menggeser foto Setyapani dari rumahnya meskipun Setyapani sudah tiada       Mas Bur berkenalan dengan Nin dan memutuskan untuk mengajaknya menikah
Nin cemburu dan meminta foto Setyapani tidak lagi dipasang di rumah Mas Bur karena dia tidak mau bersaing dengan orang yang sudah meninggal      Mas Bur tidak membeberkan alasan yang sebenarnya tentang kematian istrinya        Nin mengancam akan pergi ke Dumai jika Mas Bur tetap bersikeras untuk mempertahankan foto almarhumah istrinya       Mas Bur akhirnya membeberkan rahasia kematian Setyapani dan rasa bersalahnya karena telah menjadi suami pengecut         Nin akhirnya sadar dan menganggap Setyapani adalah seorang istri dan perempuan yang berjiwa ‘seluas samudera’          Nin menerima lamaran Mas Bur.



2. 2. Analisis Paradigmatik dalam Cerpen Setyapani
            Dalam analisis paradigmatik berikut ini yang akan dibahas adalah keterangan-keterangan tentang identitas, peran dan keadaan tokoh. Tokoh yang akan dibicarakan adalah tokoh yang menonjol dalam analisis sintagmatik, yaitu Setyapani, Mas Bur dan Nin. Karena yang dikaji dalam makalah ini adalah cerita pendek maka tokoh-tokoh yang terlibat hanya terdiri dari beberapa orang saja yang tentu saja berlainan dengan novel yang terdiri atas banyak tokoh.
            Dalam kaitannya dengan keseluruhan cerita, peranan setiap tokoh tidak sama. Ada tokoh yang dapat digolongkan sebagai tokoh sentral atau tokoh utama dan tokoh yang dapat digolongkan sebagai tokoh tambahan. Stanton (1965: 17) berpendapat bahwa hampir setiap cerita mempunyai tokoh sentral, yaitu tokoh yang berhubungan dengan setiap peristiwa dalam cerita. Lebih jelas lagi, Nurgiyantoro (2000: 176) menjelaskan bahwa tokoh sentral atau tokoh utama adalah tokoh yang mempunyai keutamaan dalam cerita.
            Sedangkan dilihat dari fungsi penampilan, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang merupakan perwujudan norma-norma dan nilai-nilai yang ideal bagi kita (Alterbend & Lewis via Nurgiyantoro, 2000: 178). Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan-harapan pembaca. Di pihak lain, tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis beroposisi dengan tokoh protagonis, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik bersifat lahir maupun batin. Apabila terdapat dua tokoh yang berlawanan, tokoh yang lebih banyak diberi kesempatan untuk mengemukakan visinya itulah yang kemungkinan besar memperoleh simpati dan empati dari pembaca sehingga disebut tokoh protagonis (Luxemburg, dkk via Nurgiyantoro: 2000: 178-180).

2. 2. 1. Indeks Cerpen Setyapani
Dalam cerpen Setyapani terdapat tiga indeks yang berperan dalam cerita, yaitu:
1. Indeks Setyapani
            Setyapani digambarkan sebagai sosok istri yang sabar, aktif berorganisasi, penyayang, pemberani, sangat mencintai suami, rela berkorban demi suami walau harus mengorbankan nyawa untuk menghadapi perampok yang datang di rumahnya, walaupun dari segi fisik Setyapani bukanlah sosok yang menarik. Dalam cerpen ini Setyapani bukanlah tokoh utama, melainkan hanya tokoh sekunder yang berperan sebagai tokoh protagonis.
            Sebagai tokoh kedua protagonis, Setyapani cukup memiliki peran dalam cerita ini karena dia menjadi bahan perbandingan bagi si tokoh utama, Nin untuk merebut hati Mas Bur, suami dari Setyapani.

2. Indeks Nin
            Nin digambarkan sebagai seorang perempuan yang tidak sabar, egois, mementingkan kepentingan dirinya sendiri, berkemauan kuat, mandiri dan seorang pekerja yang ulet. Nin adalah tokoh utama atau sentral dalam cerpen ini, yaitu tokoh yang berhubungan dengan setiap peristiwa dalam cerita. Dari awal sampai akhir Nin selalu hadir. Hal ini dapat dilihat dari satuan isi cerita di nomor: 1, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 16, 19 dan 20.
            Apabila dilihat dari fungsi penampilan, maka Nin tergolong sebagai tokoh antagonis, yaitu tokoh penyebab terjadinya konflik. Dia beroposisi dengan tokoh-tokoh protagonis dalam cerita. Dengan keinginannya untuk menyingkirkan foto Setyapani di dinding rumah calon suaminya dia berkonflik dengan Mas Bur yang tetap bersikeras memajang foto almarhumah istrinya di rumahnya. Padahal Nin tidak mengetahui alasan yang melatarbelakangi kenapa Mas Bur bersikeras dengan keinginannya.

3. Indeks Mas Bur
            Mas Bur digambarkan sebagai seorang laki-laki yang karismatik namun sebagai seorang suami yang pengecut, lemah, tidak berani, penakut dan lebih memilih sembunyi di belakang istrinya ketika perampok dating menyatroni rumahnya. Sebagai akibatnya, sang istri yang maju melawan perampok dan tewas tertusuk pisau yang dipegang oleh perampok. Peranan Mas Bur dalam cerpen ini adalah sebagai tokoh kedua protagonis lainnya. Untuk menebus rasa bersalah terhadap sang istri, dia merasa tidak sanggup untuk mencopot foto almarhumah istrinya dari dinding rumah mereka.
            Selain keterangan tentang tokoh, unsur paradigmatik berikut ini adalah tentang unsur latar. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam dua unsur pokok, yaitu tempat dan waktu. Kedua unsur tersebut walaupun masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
            Latar tempat adalah tentang lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro: 2000: 133). Latar yang terdapat dalam cerita pendek ini tidak terlalu banyak dan cenderung sederhana. Sederhana dalam arti mengingat cerita ini berbentuk cerita pendek yang terdiri dari tujuh halaman yang tentu saja berbeda dengan latar yang biasa muncul dalam sebuah novel.
            Latar tempat yang mendominasi cerpen ini terjadi di rumah kontrakan Nin. Hal ini dapat dilihat dari satuan isi cerita nomor: 12 dan 15. Sehingga dapat disimpulkan bahwa latar tempat berada di ruang tertutp. Sedangkan latar waktu adalah siang hari yang dapat dilihat dari satuan isi cerita nomor 9.
Tema dalam cerpen ini adalah tentang pengorbanan dan wujud cinta yang besar dari seorang istri, Setyapani terhadap suaminya, Bur. Sehingga dia rela mengorbankan apa saja seperti menarik diri dari organisasi, karir yang dia rintis, hingga membatalkan diri untuk mengambil beasiswa S2 demi serius ingin hamil dan memberi suaminya keturunan bahkan sampai mengorbankan nyawa demi melindungi suaminya yang tidak berani menghadapi perampok yang datang ke rumahnya.

2. 3. Aspek Verbal dalam Cerpen Setyapani
            Dalam analisis verbal berikut ini yang dibahas adalah tentang penuturan atau sudut pandang dan tuturan. Penuturan yang tampak dalam cerpen Setyapani ini adalah penuturan atau sudut pandang persona pertama, yaitu aku-an. “Aku” sebagai tokoh utama, yaitu si “aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dia alami. Aku di sini adalah tokoh Nin.
            Tokoh “aku” di dalam cerpen ini secara eksplisit adalah tokoh Nin yang mengisahkan berbagai peristiwa, perasaan dan tingkah laku yang dia alami. Keterbatas tokoh “aku” untuk menjangkau tokoh dan peristiwa lain di luar dirinya dianggap sebagai kelemahan teknik ini. Tuturan dari cerpen ini terdapat adegan flashback, yaitu ketika tokoh Mas Bur mengungkapkan latar belakang kematian istrinya kepada tokoh utama, Nin.
            Ada dua cerita yang terjadi, cerita yang pertama dari cerpen ini dimulai dengan perkawinan Setyapani dan Mas Bur namun tidak kunjung mendapat keturunan walaupun Setyapani sudah banyak mengorbankan karir, pekerjaan dan rencana-rencana yang sudah dia susun seperti mengambil beasiswa S2. Di tengah kebahagiaan mereka, tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan dua orang perampok di rumahnya. Perampok ini mendengar mereka berdua telah menjual mobil dan bermaksud merampok hasil penjualan mobil tersebut. Padahal sebenarnya uang tersebut akan dipergunakan untuk tambahan modal memperluas usaha. Karena Mas Bur tidak memiliki nyali untuk menghadapi perampok maka Setyapani yang menjadi korban. Dia meninggal di tangan perampok demi melindungi sang suami. Cerita pertama ini berfungsi sebagai cerita utama, sedangkan cerita yang kedua adalah cerita tambahan yaitu perkenalan Mas bur dengan Nin. Terjadi konflik di antara mereka berdua karena Mas Bur bersikeras tetap akan memasang foto almarhumah istrinya walaupun kelak mereka akan menikah. Namun pada akhirnya konflik mereda setelah Mas Bur menceritakan rahasia kematian istrinya yang sebenarnya dan Nin bersedia menjadi istri Mas Bur. Di akhir cerita Nin menganggap Setyapani adalah seorang perempuan dan istri yang luar biasa, yang mengorbankan apa saja demi kebahagiaan suaminya.

3. Penutup
            Sebagai penutup dapat disimpulkan bahwa dalam cerpen “Setyapani” ditemukan pemaknaan dari hubungan sintagmatik, paradigmatik dan verbal. Dari hubungan sintagmatik, cerpen ini jelas memiliki hubungan sebab-akibat dari peristiwa yang tersusun dalam cerita. Dan dari hubungan paradigmatik, kedua tokohnya memiliki peran protagonis dan seorang tokohnya berperan sebagai tokoh antagonis. Jika dilihat dari segi verbal, penuturan yang ada adalah penutur persona pertama, first person, gaya aku. Sedangkan untuk tuturan, dalam cerpen ini terdapat adegan kilas balik (flashback).
            Dari segi latar tempat, cerpen ini berlatar tertutup dan ruangnya terbatas yaitu di rumah kontrakan Nin. Sedangkan latar waktu adalah siang hari sebelum keberangkatan tokoh utama, Nin ke Dumai. Hal ini ditandai dengan deskripsi pada kalimat “angin semilir berhembus tidak mampu menahan langkahku menyongsong panas terik di luar”. Langkahku di sini menjelaskan tentang langkah tokoh utama cerpen ini, Nin ketika dia keluar dari rumah calon suaminya, Mas Bur menjelang keberangkatannya ke Dumai.
            Tema yang sangat menonjol dalam cerpen ini adalah pengorbanan seorang istri terhadap suami yang dia cintai walau untuk itu dia harus mengorbankan nyawanya sendiri.

Acuan
Sumber Primer:
Roidah. 2005. Setyapani dalam kumpulan Cerpen “Pembantu dan Pelacur”. Yogyakarta: Labuh.

Sumber Sekunder:
Barthes, Roland. 1966. Introduction a l’ Analyse Structural des Recits, dalam Communication 8. Paris: Seuil.
Hawkes, Terence. 1978. Structuralism and Semiotics. London: Methuen & Co. Ltd.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Retnaningsih, Aning. 1965. Roman dalam Masa Pertumbuhan Kesusasteraan Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Sofia, Adib & Sugihastuti. 2003. Feminisme dan Sastra. Bandung: Katarsis.
Stanton, Robert. 1965. An Introduction to Fiction. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.
Teew, A., Prof. Dr. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.  
Todorov, Tzvetan. 1985. Tata Sastra. Jakarta: Penerbit Djambatan.




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar